1 November 2024 | Berita
Solo, 14 Oktober 2024 – “Visi atau purpose menjadi kekuatan penting BSI dalam mencapai cita-cita. Kekuatannya luar biasa. Sekarang, sebagai pemain yang relatif baru kami sudah berada dalam 10 besar bank syariah terbesar,” kata, Grandhis Helmi Harumansyah, Direktur Risk Management PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Tbk.
Hal itu ia sampaikan dalam Book Talk Roadshow Elephant Learns Flamenco: BUMN Lincah Menari Menuju Indonesia Emas 2045 yang mengangkat topik Transformation & Value Creation di Auditorium GPH Haryo Mataram, Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo pada Senin (14/10).
Dalam acara itu, Grandhis membagikan pengalaman BSI dalam perjalanan transformasinya hingga menjadi salah satu dari 10 bank syariah terbesar di dunia, meski dihadapkan pada tantangan besar, terutama saat awal pembentukannya di tengah pandemi Covid-19.
BSI yang lahir dari hasil merger tiga bank syariah besar yaitu BNI Syariah, BRI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri, menjadi contoh transformasi yang sukses di sektor perbankan syariah Indonesia. Dengan tema Transformation & Value Creation, acara ini juga menghadirkan kisah bagaimana BSI mampu menciptakan nilai ekonomi yang signifikan sambil tetap berpegang pada prinsip-prinsip perbankan syariah.
"BSI diinisiasi di tengah krisis, saat pandemi Covid-19 menghantam dunia dengan keras. Bagi kami, tantangannya sangat besar. Jadi merger harus dilakukan tanpa kemewahan pertemuan tatap muka, padahal harus membahas hal-hal sepenting ini," kenang Grandhis.
Pembentukan BSI adalah hasil dari konsolidasi strategis yang didorong oleh pemerintah Indonesia untuk memperkuat sektor perbankan syariah. Namun, proses merger ini jauh dari kata mudah.
Tantangan pertama adalah pandemi itu sendiri, yang sangat membatasi mobilitas dan komunikasi langsung antara pemangku kepentingan dalam merger tersebut. Tantangan selanjutnya yang dihadapi BSI adalah menyatukan berbagai sistem, jaringan, dan sumber daya manusia dari tiga entitas yang bergabung. BNI Syariah, BRI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri memiliki model operasi yang unik. Hal ini membutuhkan integrasi yang cermat agar operasi berjalan lancar.
“Setiap bank datang dengan skala jaringan, sistem, dan tentu saja budaya perusahaan yang berbeda. Jadii tugasnya sungguh luar biasa besar, bagaimana menyatukan ini semua,” jelasnya.
Selanjutnya adalah di bidang literasi dan inklusi keuangan syariah. Meskipun Indonesia memiliki populasi Muslim yang besar, penetrasi dan pemahaman produk-produk perbankan syariah masih tertinggal dibandingkan dengan bank konvensional. BSI tidak hanya harus menyatukan tiga bank, tetapi juga menjembatani kesenjangan pengetahuan ini di kalangan masyarakat luas.
Terakhir, sebagai entitas baru, BSI pada awalnya menghadapi keterbatasan modal dibandingkan dengan pesaing bank konvensional. "Kami memasuki pasar yang sangat kompetitif dimana bank konvensional memiliki basis modal yang jauh lebih kuat. Ini menuntut kami untuk merumuskan strategi yang tepat," kata Grandhis.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, BSI menemukan kekuatan pemersatu dalam budaya perusahaan. Grandhis menekankan pentingnya nilai AKHLAK, sebuah sistem nilai yang diperkenalkan di seluruh BUMN untuk mendorong integritas, kolaborasi, dan kinerja.
Bagi BSI, AKHLAK menjadi perekat budaya yang menyatukan tiga entitas yang bergabung, memastikan ketiganya dapat beroperasi secara harmonis sebagai satu kesatuan.
"Budaya selalu menjadi tantangan dalam setiap merger, dan bagi BSI, kami memerlukan tujuan bersama yang dapat menyatukan organisasi. AKHLAK menjadi tujuan itu. AKHLAK menyediakan landasan untuk mengintegrasikan orang-orang dan proses kami, memberikan arahan yang jelas tentang bagaimana kami harus bergerak maju," kata Grandhis. Ia menjelaskan bahwa AKHLAK memungkinkan BSI untuk membentuk identitas kolektif baru yang melampaui budaya individu dari tiga bank yang bergabung.
Selain budaya, visi BSI memainkan peran penting dalam membentuk jalur pertumbuhan perusahaan. Sejak awal, BSI telah menetapkan visinya untuk menjadi bank syariah terbesar di dunia, serupa dengan Al Rajhi Bank, salah satu pemimpin global dalam perbankan syariah.
Meskipun ambisius, tujuan ini sangat penting untuk menyatukan upaya organisasi dan memberikan peta jalan yang jelas menuju kesuksesan.
“Memiliki visi yang kuat sangat penting. Awalnya, visi kami adalah menjadi bank syariah terbesar di dunia, seperti Al Rajhi. Namun, kami menyadari bahwa kami perlu memecahnya menjadi tujuan-tujuan yang lebih terjangkau. Kami mempersingkat visi kami menjadi fokus pada menjadi salah satu dari 10 bank syariah terbaik di dunia dalam lima tahun," jelas Grandhis. Visi ini menjadi pemersatu bagi seluruh organisasi, memotivasi karyawan di semua tingkatan untuk bekerja menuju tujuan yang sama.